Jumat, 01 Juli 2016

Ayah dan Kejujuran

Semasa sekolah dulu dan sering diantar jemput oleh ayah, tak pernah sekali pun saya melihat ayah melanggar peraturan berlalu lintas meski tak ada yang melihat. Ayah lebih memilih memutar jalan yang jaraknya jauh daripada melanggar rambu "Dilarang berbelok" meski tak ada seorang pun yang melihat. Dan karena hal itu, meski ayah tak pernah bilang, "Kamu tidak boleh menyontek ketika ujian!" Seumur hidup saya tak pernah berani menyontek.

Dan sampai sekarang, saya tak pernah bertemu orang lain yang sejujur ayah. Tak seorang pun.

Saya sering merenung ketika mendengar kata "Jujur." Sebetulnya apa makna kata itu bagi manusia? Masih pentingkah kejujuran di jaman seperti sekarang? Masih berhargakah kejujuran di tengah-tengah manusia yang tak menghargainya? Masih perlukah seorang manusia jujur? Lantas, buat siapa dan untuk apa jujur itu?

Dan ketika terlalu banyak manusia yang tak menghargai arti kejujuran, saya selalu ingin menanyakan satu hal, "Apa arti jujur buatmu?"

Sudut Jendela
Ramadhan, 15
2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Setelah dua minggu di rumah saja

Setelah dua Minggu di rumah saja. Beberapa hari ini hujan mengguyur tak kenal ampun. Tak ada yang tahu akan seperti apa hidup ini.