Senin, 18 Mei 2015

Cerita Sebelum Tidur


Kantuk yang tak pernah berujung pada lelap.
Masihkah ada batas antara mimpi dan nyata?
Aku telah sampai.
Sepertinya...!
Pada kepulangan yang tak bernama,
kepada kata yang tak lagi menyapa.
Dan akhirnya..aku jadi juru kemudi pada bahteraku sendiri.
Kulihat ombak mendekat,

Melontar tanya yang kehilangan makna.
Pelayaran ini milik siapa?
Bukankah betapa jauhnya perjalanan hanya menjadi sesuatu yang akan dikenang?
Lantas, kemanakah perginya tujuan?
Kulintasi negeri demi negeri..
kutandai dengan senyum yang nyeri,

dan kutanggalkan wajah senja pada guratan batu karang.
Kemudian bersama nyiur-nyiur dan camar..

Di rumahku di kaki langit yang telanjang,
Aku rebah pada lelah.
Dan sebelum aku tidur panjang..

Tolong kecup keningku, Tuhan..!

(Aku, ujung waktu, 180515)

Kamis, 07 Mei 2015

Tentang Do'a




Saya pernah baca seseorang berkata (padahal kenal pun tidak), saya lupa tepatnya seperti apa, tapi kira-kira seperti ini, “Jika kamu ingin membuat Tuhan tertawa, ceritakan rencanamu.”
Itulah, kenapa ketika berdo’a saya selalu menyempatkan bercerita panjang lebar. Mungkin kalau manusia, sudah akan melempar bantal ke muka saya, atau sekedar melengos pergi karena bosan. Tapi saya kira Tuhan tidak. Buktinya, sampai sekarang masih dibiarkannya saya hidup dengan aman, nyaman, dan damai. Kalau sampai pada bahasan ini, sungguh kadang saya merasa menjadi orang yang pantang bersyukur. Bagaimana tidak, masih saja diantara do’a-do’a itu selalu terselip keluh kesah yang tiada berujung. Padahal mungkin jangankan Tuhan, malaikat pun akan menertawakan kedunguan saya yang tidak tahu berterima kasih. 

Perihal bercerita tentang rencana-rencana…sungguh manusia itu makhluk yang paling pandai berencana. Sampai kadang, dianggapnya rencananya lebih baik dari rencana Tuhan. Dia meminta, didengar, dikabulkan..dan kemudian mengeluhkan apa yang dimintanya itu. Memintanya lagi, didengarNya lagi, dikabulkan lagi…dan berakhir hanya untuk berkata, “seandainya tuhan tidak mendengar do’aku.” Jadi..belakangan, saya lebih sering bercerita daripada meminta. Bercerita lebih sering membuat saya merasa Tuhan dekat dan berteman. Sangat berteman malah, karena saya bisa berbicara dengan Nya kapan saja, dimana saja. Saya tak harus mengganggu teman di tengah kesibukannya bekerja, tak harus membuat teman terpaksa meninggalkan kegiatannya hanya untuk mendengar cerita-cerita saya, tak usah lagi merasa bersalah ketika melihat wajah lelah teman yang tetap tersenyum meski saya tahu dia lelah hanya untuk bersedia mendengarkan saya bercerita.

Dan saya yakin Tuhan tak tertawa karena menertawakan. Mungkin Dia hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Yang jelas, saya yakin Tuhan bukan pemarah, bukan pula pembosan, atau penggerutu. Tuhan selalu bersedia mendengarkan, bahkan ketika semua orang telah bosan mendengar. Tuhan selalu bersedia memandang, bahkan ketika tak seorang pun mau memandang. Pernah, saya merasa telah kehilangan Tuhan. Bukan karena Dia yang pergi, tapi karena saya yang tidak mau mendekat. Sampai akhirnya saya melihat, bahwa Tuhan ada dan dekat. Lebih dekat dari aliran darah, lebih terdengar dari suara sendiri…

Dan saya..masih dengan rencana-rencana…masih dengan cerita-cerita…yang akan segera saya ceritakan.   Saya yakin, Tuhan selalu bersedia mendengar..:)

Setelah dua minggu di rumah saja

Setelah dua Minggu di rumah saja. Beberapa hari ini hujan mengguyur tak kenal ampun. Tak ada yang tahu akan seperti apa hidup ini.