KASIH SAYANG TERHADAP SESAMA MAKHLUK
Oleh: Noer Milansyah
Dalam kitab Almawa’idhul ‘Usfuuriyah, ada satu hikayat yang menceritakan bahwa pada
suatu saat sayyidina Umar r.a. berjalan-jalan di sepanjang kota Madinah. Disana
beliau melihat ada anak kecil tengah mempermainkan burung pipit yang ada di
tangannya. Melihat hal itu, Sayyidina Umar merasa kasihan terhadap burung
tersebut sehingga beliau memutuskan untuk membelinya dari anak kecil tadi untuk
kemudian dilepaskan supaya dapat terbang bebas.
Diceritakan, setelah sayyidina
Umar wafat, masyarakat bermimpi berjumpa dengannya. Di dalam mimpi tersebut
mereka bertanya, “Apa gerangan yang diperbuat Allah terhadapmu?
Sayyidina Umar pun menjawab, “Dia
mengampuniku dan tak menyiksaku.”
Kemudian mereka pun bertanya
kembali, “Sebab apa? Karena kedermawananmukah? Keadilanmukah? Ataukah karena
kezuhudanmu, wahai Umar?
Sayyidina Umar kembali menjawab,
“Bukan. Sesungguhnya ketika aku kau baringkan, lalu kau kubur dan kau
tinggalkan sendirian, aku didatangi dua malaikat yang menakutkan sekali,
sehingga melayanglah akalku dan bergemetarlah sendi-sendiku. Kemudian kedua
malaikat itu pun memegang dan mendudukanku karena hendak menanyaiku. Namun,
sebelum mereka sempat bertanya, aku mendengar sebuah suara (datangnya dari
Allah) yang berbunyi, ‘Tinggalkan saja hambaKu dan jangan kau takut-takuti!
Sesungguhnya Aku berbelas kasih, tak menyiksanya , sebagaimana ia berbelas
kasih pada burung pipit saat di dunia. Karena itulah, maka Aku pun berbelas
kasih terhadapnya.’ “ Demikian cerita Sayyidina Umar dalam mimpi mereka.
Hikayat lainnya bercerita bahwa
dahulu kala di kalangan Bani Israil ada abid berjalan-jalan di sebuah bukit
pasir. Saat itu rakyat Bani Israil tengah tertimpa musibah kelaparan. Maka di
dalam hati kecilnya terbersit suatu keinginan, “Seandainya saja bukit pasir ini
jadi tepung, tentu saja perut Bani Israil akan kukenyangkan. Namun
sayang...kasihan sekali mereka.”
Kemudian Allah menurunkan wahyu
kepada salah seoarang nabi-nabi Bani Israil, supaya mengatakan pada abid
tersebut bahwa sesungguhnya Allah memberinya pahala seukuran dengan apabila
bukit pasir itu menjadi tepung lalu ia sedekahkan.
Demikianlah, betapa besar kasih
sayang Allah pada siapa saja yang menyintai sesama makhlukNya. Meski terhadap burung
kecil sekali pun, tidak boleh kita menyia-nyiakan apalagi menyiksanya. Jika
terhadap burung kecil saja kita harus memiliki rasa belas kasih, apalagi
terhadap sesama manusia.
Begitu pula ketika kita berbelas
kasih kepada orang lain dan beniat membantu sesama, maka Allah telah berikan
terlebih dahulu pahala sebesar keinginan kita untuk bersedekah mesti pada
kenyataannya kita tak mampu bersedekah sebesar yang kita inginkan itu.
Rasa belas kasih inilah yang
perlu kita pupuk kembali dan kita tularkan pada lingkungan sekitar kita. Menebarkan
kedamaian dan kasih sayang adalah salah satu yang paling disukai Allah.
Tebarkanlah kasih sayang pada sesama makhluk Allah, niscaya Allah pun akan
mengasihi kita.
***
Referensi
Almawa’idhul ‘Usfuuriyah