Kamis, 22 Mei 2014

Black Magic Woman

Black Magic Woman


Entah kenapa yang pertama kali saya nikmati dari sebuah lagu itu adalah liriknya. Soal genre musik dan lain sebagainya urusan belakangan. Mau dangdut, keroncong, blues, jazz, pop, dll, oke-oke saja. Bagi saya, semua genre musik itu enak untuk dinikmati. Karena saya penikmat lirik, maka sambil dengar musik, sambil mikir. Hehe... Berusaha menangkap kata demi kata. Tak jadi soal kalau lagu nya berbahasa Sunda atau Indonesia, tinggal merem sambil membiarkan musik terus mengalun. Tapi lain lagi perkaranya kalau lagu nya berbahasa asing. Saya harus mati-matian pasang kuping supaya dapat menangkap syairnya. Nah, akhir-akhir ini saya sedang suka dengan lagu ini. Lagu lama tapi mulai sering saya dengarkan kembali. Black Magic Woman. Saya sering putar yang versi Santana feat Gypsi Queen, bukan versi Fleetwood Mac. Musiknya enak, tapi itu dia...saya harus berkali - kali memutarnya baru dapat memahami kata-katanya. maklum..bahasa Inggris saya pas-pasan. Hehehe...
Liriknya unik, coba saja perhatikan,

I Got a Black Magic Woman
I Got a Black Magic Woman
Yes, I Got a Black Magic Woman
She's got me so blind I can't see
But she's a Black Magic Woman
She's tryin to make a devil out of me

Don't turn your back on me baby
Don't turn your back on me baby
Yes, don't turn your back on me baby
Don't mess around with your tricks
Don't turn your back on me baby
You just might wake up my magic sticks

You got your spell on me baby
You got your spell on me baby
Yes, you got your spell on me baby
Turnin my heart into stone
I need you so bad
Magic Woman I can't leave you alone

****

Minggu, 18 Mei 2014

Layang-layang

Layang - Layang


Memang bukan musim layang-layang, musim hujan malah. Tapi tadi siang, ada anak yang menerbangkan layang-layang di jalan depan rumah. Sejenak teringat masa kecil, saya pun sering bermain layang-layang, walau hanya sekedar ikut-ikutan dengan teman lelaki dan hanya disuruh memegangi layangan waktu akan diterbangkan. 

Mengenang masa-masa itu adalah rehat sejenak dari "menjadi orang dewasa". Enaknya menjadi anak-anak, memiliki dunia yang bebas tanpa batas. Dunia imajinasi, dunia tawa dan ceria.
Jika dipikir-pikir, hidup ibarat bermain layangan. Sebelum layang-layang diterbangkan, kita harus tahu arah angin berhembus, kemana angin bertiup, kesana layangan diarahkan. Tak ubahnya seperti hidup. Sebelum kita melangkah, harus tahu kemana arah tujuan kita. Tujuan itulah yang harus dipikirkan. 


Kalau boleh dibilang, bermain layangan adalah seni memainkan benang dalam tiupan angin. Yang tangguh dan yang cerdik, dialah yang menang. Apa bedanya dengan hidup? Hidup juga, kalau boleh saya bilang, adalah seni memainkan emosi dalam semilir angin atau badai sekali pun. Yang tangguh dan yang cerdik, dialah yang menang. Dalam bermain layangan, dibutuhkan keterampilan untuk menjaga keseimbangan. Harus tahu kapan waktu menarik dan mengulur. Demikian pula hidup, harus tahu kapan saat untuk menarik, dan kapan saat untuk melepaskan. Yang pandai tarik ulur, dialah yang bertahan paling lama dalam permainan. Dan yang terlama itulah yang biasanya jadi pemenang. 


Ketika layang-layang masih terbang rendah, sangat sulit untuk dikendalikan. Berkali-kali jatuh kembali. tapi ketika layang-layang telah mencapai ketinggian tertentu, bergelut dengan angin yang bertambah kencang, akan semakin baik pulalah keseimbangannya. Semakin tinggi dan semakin kencang angin, maka semakin mudah untuk mengendalikan permainan. Mungkin seperti itu pulalah kita, jatuh bangun dalam pencarian arah dan tujuan, berkali-kali terseok, tersungkur, bahkan berkubang lumpur. Sakit, perih, luka, bahkan berdarah-darah. Tapi setelah kita menemukan jalan, setelah tahu arah tujuan, semakin seimbang pulalah setiap langkah yang dilakoni. 


Menarik benang layang-layang adalah melawan angin. Layang-layang yang terbang tinggi adalah layang-layang yang melawan angin. Hanya dengan berani melawan angin, layang-layang akan terus terbang dengan terarah. Sedangkan layang-layang yang mengikuti arah angin adalah layang-layang yang putus dan akan jatuh.


Ketika layangan sulit dikendalikan, jangan tergesa-gesa menyalahkan angin, tapi mungkin..kitalah yang harus lebih cerdik memainkan benang kehidupan kita.

Kamis, 01 Mei 2014

Refleksi

Beberapa hari ke belakang, saya disibukkan oleh kegiatan yang lumayan padat di Sekolah. Kelas 6 menghadapi Ujian Nasional, dan kelas yang lainnya menghadapi UAS. Belum semua materi tersampaikan, ditambah lagi begitu banyaknya tugas administrasi yang harus dipenuhi. Terkadang, di tengah sibuknya hari, sesekali saya perhatikan lekat-lekat wajah anak-anak murid saya. Sekilas ada perasaan bersalah, betapa selama ini, akhir-akhir ini, terutama tahun ini, saya tidak terlalu "memperhatikan " mereka. Wajah-wajah mereka lebih sering memperlihatkan mimik lelah daripada senang. Apakah mungkin saya telah jauh melenceng dari tujuan pembelajaran yang sebenarnya?

Saya akui, akhir-akhir ini hanya lebih mengedepankan aspek pengetahuan saja. Tak lebih tak kurang. Padahal, aktivitas belajar merupakan suatu proses yang terpadu. Ketika anak belajar, maka seluruh aspek terlibat aktif. Aspek fisiologis, intelektual, sosial, emosional, dan moral, seluruhnya saling mempengaruhi. Belajar merupakan suatu proses yang harus dapat membantu  mengoptimalkan perkembangan anak sebagai manusia utuh. Dalam prosesnya pun, anak harus diposisikan sebagai titik sentral, dan aktivitas pembelajaran yang diciptakan pun harus membuat anak terlibat sepenuh hati dan secara aktif menggunakan berbagai potensi yang dimilikinya.
Saya semakin merasa bersalah saja, betapa akhir-akhir ini saya telah membiarkan anak-anak terjebak dalam situasi kelas yang tidak menyenangkan, membosankan, dan mungkin melelahkan buat mereka. Saya telah lupa untuk membuat kelas menjadi ruangan yang penuh kesenangan. Mereka seharusnya bersenang-senang di kelas, bukan menampakkan wajah tegang dan lelah. Tidak mudah memang, apalagi yang saya rasakan selama ini bahwa menjadi seorang guru itu sulitnya bukanlah mengajar, tetapi membelajarkan anak, yaitu membuat anak aktif melakukan berbagai bentuk kegiatan di dalam dan di luar kelas.

Semoga besok, akan jadi hari baru yang lebih menyenangkan buatku dan buat anak-anak.


Setelah dua minggu di rumah saja

Setelah dua Minggu di rumah saja. Beberapa hari ini hujan mengguyur tak kenal ampun. Tak ada yang tahu akan seperti apa hidup ini.