Minggu, 15 Oktober 2017

Mendung, Upacara Bendera, dan Wisuda

Senin ini mendung sekali. Membuat malas beranjak dan enggan meski sekedar untuk menyingkap selimut dan bangun dari tempat tidur. Senin adalah selalu hari yang sibuk. Hari yang sebetulnya akhir-akhir ini tak terlampau saya sukai. Hari yang selalu membuat saya merasa bersalah setiap harinya. Harus mencuri-curi waktu dari satu sekolah ke sekolah lainnya, berlari mengejar sesuatu yang entah apa itu. Akhirnya..perasaan berdosa pada anak-anaklah yang membuat saya selalu berpikir untuk meninggalkan semua itu. Cukup fokus di satu sekolah adalah idealnya, tapi saya tidak pernah punya kebebasan untuk memilih seperti itu. Selalu saja terjebak pada mau tidak mau, dan apa boleh buat. Tapi tuntutan keadaan seperti itu akhir-akhir ini kalah oleh   perasaan amat sangat bersalah pada anak-anak SD dan SMP itu. Mereka sesungguhnya berhak memeroleh sesuatu yang terbaik dari gurunya ini. Bukan selalu sisa-sisa waktu melulu. Meski mati-matian saya menyangkal bahwa saya tidak memberikan semua yang saya mampu untuk mereka.
Pagi ini mendung sekali. "Bu..guru yang lain belum hadir, ibu saja ya yang jadi pembina upacara," seru anak-anak berseragam putih biru itu. Padahal selepas memberi tugas di SD karena hendak berangkat ke kampus untuk pra wisuda tadinya hanya akan minta ijin tidak masuk. Tapi melihat dan mendengar mereka adalah godaan yang selalu tak bisa dielakkan. Akhirnya di senin yang mendung itu..sebelum pukul 7, saya sudah berdiri di lapangan upacara di tengah kerumunan anak-anak berseragam putih biru.
Sudah lewat pukul delapan, tapi mendung masih enggan pergi. Dingin. Cuaca akhir-akhir ini tak menentu. Kadang hujan kadang panas, tak pernah bisa diprediksi. Semakin siang semakin dingin dan membayangkan berjam jam di bus sudah amat melelahkan. "Apakah saya harus berangkat?" Rasanya enggan. Ini hanya wisuda. Haruskah dan pentingkah untuk hadir? Tapi yang lain semua hadir. Apa baik kalau saya tak hadir? Apa sebetulnya makna wisuda? Apakah hanya seremoni tanpa arti? Ah..tentu saja tidak! Saya harus tetap hadir..ini perayaan kelulusan.

Setelah dua minggu di rumah saja

Setelah dua Minggu di rumah saja. Beberapa hari ini hujan mengguyur tak kenal ampun. Tak ada yang tahu akan seperti apa hidup ini.