Selasa, 31 Juli 2018


KASIH SAYANG TERHADAP SESAMA MAKHLUK
Oleh: Noer Milansyah


Dalam kitab Almawa’idhul ‘Usfuuriyah, ada satu hikayat yang menceritakan bahwa pada suatu saat sayyidina Umar r.a. berjalan-jalan di sepanjang kota Madinah. Disana beliau melihat ada anak kecil tengah mempermainkan burung pipit yang ada di tangannya. Melihat hal itu, Sayyidina Umar merasa kasihan terhadap burung tersebut sehingga beliau memutuskan untuk membelinya dari anak kecil tadi untuk kemudian dilepaskan supaya dapat terbang bebas.
Diceritakan, setelah sayyidina Umar wafat, masyarakat bermimpi berjumpa dengannya. Di dalam mimpi tersebut mereka bertanya, “Apa gerangan yang diperbuat Allah terhadapmu?
Sayyidina Umar pun menjawab, “Dia mengampuniku dan tak menyiksaku.”
Kemudian mereka pun bertanya kembali, “Sebab apa? Karena kedermawananmukah? Keadilanmukah? Ataukah karena kezuhudanmu, wahai Umar?
Sayyidina Umar kembali menjawab, “Bukan. Sesungguhnya ketika aku kau baringkan, lalu kau kubur dan kau tinggalkan sendirian, aku didatangi dua malaikat yang menakutkan sekali, sehingga melayanglah akalku dan bergemetarlah sendi-sendiku. Kemudian kedua malaikat itu pun memegang dan mendudukanku karena hendak menanyaiku. Namun, sebelum mereka sempat bertanya, aku mendengar sebuah suara (datangnya dari Allah) yang berbunyi, ‘Tinggalkan saja hambaKu dan jangan kau takut-takuti! Sesungguhnya Aku berbelas kasih, tak menyiksanya , sebagaimana ia berbelas kasih pada burung pipit saat di dunia. Karena itulah, maka Aku pun berbelas kasih terhadapnya.’ “ Demikian cerita Sayyidina Umar dalam mimpi mereka.
Hikayat lainnya bercerita bahwa dahulu kala di kalangan Bani Israil ada abid berjalan-jalan di sebuah bukit pasir. Saat itu rakyat Bani Israil tengah tertimpa musibah kelaparan. Maka di dalam hati kecilnya terbersit suatu keinginan, “Seandainya saja bukit pasir ini jadi tepung, tentu saja perut Bani Israil akan kukenyangkan. Namun sayang...kasihan sekali mereka.”
Kemudian Allah menurunkan wahyu kepada salah seoarang nabi-nabi Bani Israil, supaya mengatakan pada abid tersebut bahwa sesungguhnya Allah memberinya pahala seukuran dengan apabila bukit pasir itu menjadi tepung lalu ia sedekahkan.
Demikianlah, betapa besar kasih sayang Allah pada siapa saja yang menyintai sesama makhlukNya. Meski terhadap burung kecil sekali pun, tidak boleh kita menyia-nyiakan apalagi menyiksanya. Jika terhadap burung kecil saja kita harus memiliki rasa belas kasih, apalagi terhadap sesama manusia.
Begitu pula ketika kita berbelas kasih kepada orang lain dan beniat membantu sesama, maka Allah telah berikan terlebih dahulu pahala sebesar keinginan kita untuk bersedekah mesti pada kenyataannya kita tak mampu bersedekah sebesar yang kita inginkan itu.
Rasa belas kasih inilah yang perlu kita pupuk kembali dan kita tularkan pada lingkungan sekitar kita. Menebarkan kedamaian dan kasih sayang adalah salah satu yang paling disukai Allah. Tebarkanlah kasih sayang pada sesama makhluk Allah, niscaya Allah pun akan mengasihi kita.
***
Referensi
Almawa’idhul ‘Usfuuriyah





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Setelah dua minggu di rumah saja

Setelah dua Minggu di rumah saja. Beberapa hari ini hujan mengguyur tak kenal ampun. Tak ada yang tahu akan seperti apa hidup ini.