Minggu, 12 April 2015

Lelaki dan Seruling Bambu

Oleh : Noer Milansyah


“Dia meninggalkanku,” katamu.
Lalu kau pun berlari di pematang sepi.
Berusaha menabuh bebunyian untuk meramaikan sunyimu.
Sampai seseorang datang,  meniupkanmu seruling kedamain.
Kamu begitu terlena dengan suaranya,
Suara paling merdu yang pernah kau dengar.
Setiap hari minggu, dia meniupkan serulingnya untukmu.
Kau akan dengan tak sabar menantinya
di bawah rindang hanjuang tua.
Disana, biasa kalian bertemu.
Dalam bisu, dengan alunan seruling bambu.
Betapa damai hatimu.
Kau bermimpi bisa mendengar suara itu sepanjang hidupmu.
Tapi…suatu hari, tiba-tiba dia menghilang.
Meninggalkan seruling bambunya untukmu.
Dia bilang, ingin menjad kepodang,
Ingin mengepakkan sayap melihat-lihat isi dunia.
Kau pun membisu.
Air matamu tersapu oleh hujan.
Kepodang itu mulai terbang menjauhimu,
Dan seruling bambu…



Ruang sunyi
01092014
17:00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Setelah dua minggu di rumah saja

Setelah dua Minggu di rumah saja. Beberapa hari ini hujan mengguyur tak kenal ampun. Tak ada yang tahu akan seperti apa hidup ini.