Kata hampa seolah tergambar dalam huruf-huruf berapi dalam bayangannya, membakar semua pikiran dan harapan kebahagiaan. Ia berusaha menghubungkan pikirannya dengan rokok, merasakan asap itu menenangkan tubuhnya beserta kerinduannya dan segenap pikirannya. Ia mengingat hari itu, hari dimana mereka duduk berdua, menghabiskan secangkir kopi, mengobrol, dan mendengarkan musik. Perasaan tenang dan gembira menyelimutinya waktu itu. Ia berharap jarum jam berhenti berputar, dan waktu tidak cepat berlalu. Berulang kali ia berkata, “lupakan..lupakan..lupakan..!” tetapi kemudian ia ingat betapa ia sangat menikmati kebersamaan itu. Di atas semua emosi yang ia rasakan, ada satu yang berbentuk kelegaan, yaitu ingatan bahwa ia mencintai lelaki itu, mencintai dalam sepi, dalam sunyi. Sampai-sampai ia tak bisa lagi melihat perbedaan antara kesendirian dan kebersamaan. Baginya, lelaki itu tetap ada, menemani setiap hari-harinya, bicara dan tersenyum kepadanya setiap saat.
Senja
kali ini pun masih sama, dia masih mengingat lelaki itu. Lelaki yang hanya
mengisi kekosongan hari-harinya sebentar saja. Lelaki yang dia nanti
beribu-ribu hari lamanya. Lelaki yang menyentuhnya dengan sepenuh perasaan dan
dia menerimanya dengan kedamaian jiwa yang begitu menentramkan. Lelaki yang dia
yakini dia mencintainya dalam setiap helaan nafas dan aliran darahnya. Lelaki
yang kini meninggalkannya. Dunianya kembali sunyi, kembali tanpa suara, kembali
hening. Dunia yang hanya ada mereka berdua. Dia dan dirinya. Cukup. Tak ada
siapa-siapa lagi. Dan baginya, itulah dunia sesungguhnya.
Dia
menulis di secarik kertas. Goresan-goresan tipis dan miring seumpama rumput
tertiup angin. Begitu labil. Tapi di akhir kalimat, dia membubuhkan titik yang
teramat tebal. Sangat jelas. dia tekan pena nya kuat-kuat. Seolah-olah
menyangkal seluruh ketidaktegasan kalimat-kalimat sebelumnya. Tapi kemudian,
diremasnya kertas itu, dan di lemparnya ke keranjang sampah di sudut kamarnya.
Dan dia pun kembali menulis kalimat yang sama, dengan pena yang sama, dan titik
yang ditulis dengan cara yang sama. Dan lagi-lagi, remasan kertas itu hanya
menjadi penghuni keranjang sampah. Ribuan lembar dia telah menulis. Entah telah
berapa banyak kertas yang dia habiskan. Tapi kalimat-kalimat yang berakhir
dengan titik yang jelas itu pada akhirnya hanya memenuhi keranjang sampah. Pada
lembaran terakhir..baru satu kata yang dia tulis.. “ Violet…”
Pagisunyi
220614 02:47
Tidak ada komentar:
Posting Komentar