Selasa, 09 September 2014

Violet


 
Kata hampa seolah tergambar dalam huruf-huruf berapi dalam bayangannya, membakar semua pikiran dan harapan kebahagiaan. Ia berusaha menghubungkan pikirannya dengan rokok, merasakan asap itu menenangkan tubuhnya beserta kerinduannya dan segenap pikirannya. Ia mengingat hari itu, hari dimana mereka duduk berdua, menghabiskan secangkir kopi, mengobrol, dan mendengarkan musik. Perasaan tenang dan gembira menyelimutinya waktu itu. Ia berharap jarum jam berhenti berputar, dan waktu tidak cepat berlalu. Berulang kali ia berkata, “lupakan..lupakan..lupakan..!” tetapi kemudian ia ingat betapa ia sangat menikmati kebersamaan itu. Di atas semua emosi yang ia rasakan, ada satu yang berbentuk kelegaan, yaitu ingatan bahwa ia mencintai lelaki itu, mencintai dalam sepi, dalam sunyi. Sampai-sampai ia tak bisa lagi melihat perbedaan antara kesendirian dan kebersamaan. Baginya, lelaki itu tetap ada, menemani setiap hari-harinya, bicara dan tersenyum kepadanya setiap saat. 

Senja kali ini pun masih sama, dia masih mengingat lelaki itu. Lelaki yang hanya mengisi kekosongan hari-harinya sebentar saja. Lelaki yang dia nanti beribu-ribu hari lamanya. Lelaki yang menyentuhnya dengan sepenuh perasaan dan dia menerimanya dengan kedamaian jiwa yang begitu menentramkan. Lelaki yang dia yakini dia mencintainya dalam setiap helaan nafas dan aliran darahnya. Lelaki yang kini meninggalkannya. Dunianya kembali sunyi, kembali tanpa suara, kembali hening. Dunia yang hanya ada mereka berdua. Dia dan dirinya. Cukup. Tak ada siapa-siapa lagi. Dan baginya, itulah dunia sesungguhnya. 

Dia menulis di secarik kertas. Goresan-goresan tipis dan miring seumpama rumput tertiup angin. Begitu labil. Tapi di akhir kalimat, dia membubuhkan titik yang teramat tebal. Sangat jelas. dia tekan pena nya kuat-kuat. Seolah-olah menyangkal seluruh ketidaktegasan kalimat-kalimat sebelumnya. Tapi kemudian, diremasnya kertas itu, dan di lemparnya ke keranjang sampah di sudut kamarnya. Dan dia pun kembali menulis kalimat yang sama, dengan pena yang sama, dan titik yang ditulis dengan cara yang sama. Dan lagi-lagi, remasan kertas itu hanya menjadi penghuni keranjang sampah. Ribuan lembar dia telah menulis. Entah telah berapa banyak kertas yang dia habiskan. Tapi kalimat-kalimat yang berakhir dengan titik yang jelas itu pada akhirnya hanya memenuhi keranjang sampah. Pada lembaran terakhir..baru satu kata yang dia tulis..              “ Violet…”
                                                                                    

                                                                 Pagisunyi
                                                                                                                                       220614     02:47

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Setelah dua minggu di rumah saja

Setelah dua Minggu di rumah saja. Beberapa hari ini hujan mengguyur tak kenal ampun. Tak ada yang tahu akan seperti apa hidup ini.